>DAHSYATNYA QUANTUM POWER – 2

>

Hukum relativitas Einstain menunjukkan bahwa besarnya energi yang tersimpan dalam suatu benda, bukan didominasi oleh massa benda tersebut, tapi justru sangat didominasi oleh cahaya yang bersifat mendua sebagai partikel (foton) dan sebagai gelombang. Jika alam makrokosmos itu disepadankan dengan alam mikrokosmis dalam kehidupan manusia, maka besarnya energi tubuh sangat didominasi oleh kualitas kejiwaan, atau perasaan. Perasaan positip merupakan sumber energi terbesar dalam aktivitas kehidupan kita, sedangkan perasaan negatip justru menghabiskan energi yang ada.

Dalam QS. AsySyam: 8-10 Allah berfirman ” Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. Apabila kualitas kejiwaan seseorang tergolong baik, maka kebersihan jiwanya akan membimbing perasaannya untuk senantiasa dalam kondisi ikhlas. Jika seseorang telah mencapai ikhlas, maka selanjutnya yang tercapai adalah kondisi khusyuk / fokus. Fokus adalah kondisi di mana kita mengalami rasa rileks yang dalam dan penuh konsentrasi ke dalam diri. Hasil penelitian tentang otak manusia menyebutkan bahwa dalam kondisi khusyuk tersebut otak berfungsi seimbang sehingga terjadi harmonisasi antara belahan otak kiri dan otak kanan. Pada kondisi ini tercapailah apa yang disebut kondisi super learning

Perasaan atau hati nurani merupakan sistem navigasi yang sangat canggih yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta, selain panca indra dan pikiran manusia. Ketika perasaan kita positip (ikhlas, khusyu’, fokus, syukur, sabar, tenang, tentram, damai dan bahagia) maka kita relatif dekat dengan kemudahan dan pintu berkah dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Zona ini diselimuti oleh energi quanta yang berkekuatan tinggi dan kita akan penuh tenaga, untuk belajar maupun bekerja.

Namun jika perasaan kita negatip (suka mengeluh, cemas, gelisah, mudah marah, takut, mementingkan hawa nafsu, dan tidak tentram) maka kita akan relatif jauh dari pintu berkah dan rahmat Allah Tuhan semesta alam. Zona ini diselimuti oleh energi rendah karena tenaga kita justru terkuras habis untuk berkeluh kesah dan menyokong perasaan negatip yang lain. Kita akan kehabisan tenaga. Kegiatan belajar atau bekerja menjadi sesuatu yang berat dan menyiksa.

Lalu bagaimana kondisi yang diperlukan dalam proses pembelajaran? kapan kita akan dapat mengakses energi quantum yang tersimpan dalam diri kita? Jawabannya adalah, ketika kita memasuki kondisi khusyu’ (fokus) dan ikhlas, maka kedua sisi otak kita (otak kiri dan otak kanan) berada dalam kondisi kerja-sama yang luar biasa optimal. Ketika otak kiri yang banyak berkaitan dengan alam pikiran dan otak kanan yang banyak berkaitan dengan alam perasaan berada dalam keharmonisan, saat itulah dapat diharapkan terjadinya optimalisasi SQ dan EQ untuk meningkatkan fungsi IQ. Jika otak kiri dan otak kanan bekerja sendiri-sendiri (semakin tinggi lateralisasi dan tensi atau ketegangan diantara dua sisinya), maka hidup kita akan lebih didominasi oleh perasaan terpisah, takut, cemas dan terkucil. Jadi dapat dikatakan bahwa, jika kita dapat belajar dengan energi quantum yang tersimpan dalam diri kita, maka proses belajar akan terasa menyenangkan, karena kita ikhlas.

BY. Bambang-Sulies

Tinggalkan komentar